KETERLIBATAN INGGRIS DALAM PERANG BLAMBANGAN II


Perebutan Rempah Nusantara antara Inggris dan Belanda
.
Oleh : Sumono Abdul Hamid
Editor : Mas Aji Wirabhumi

Setelah bebas dari Spanyol, seorang pelaut Belanda yang pernah mengikuti perjalanan Portugal ke Nusantara, yaitu Cornelis de Houtman dipercaya menjadi pimpinan expedisi menuju Nusantara pada 2 April 1595.

Cornelis de Houtman menempuh perjalanan sesuai perjalanan yang dilakukan oleh Portugal, sehingga mendarat di Banten pada tahun 1596 dan membeli rempah-rempah di Banten.

Keuntungan yang luar biasa dari perdagangan rempah-rempah mendorong Belanda segera membentuk badan dagang VOC (Vereenigde Oostinsche Companya), pada 20 Maret 1602, meniru pembentukan The British East India Company (EIC) yang telah terbentuk pada 13 Desember 1600.

Berbeda dengan EIC yang dibentuk Inggris sebagai badan dagang murni ,VOC yang dibentuk Belanda diberi kewenangan yang melebihi sebagai badan dagang yaitu memiliki tentara, dan berhak menduduki suatu wilayah dan membentuk pemerintahan sendiri. Hal ini mungkin disebabkan, karena Belanda baru saja merdeka dari Spanyol (1588), membutuhkan banyak dana untuk membangun negeri bawah laut yang miskin ini.

Kekuasan besar ini mendorong VOC tidak lagi berdagang dengan Banten tetapi malah menduduki Banten, pada tahun 1610 dan menetapkan Bolt sebagai Gubernur Banten. Kemudian Bolt merebut Jayakarta, dan memindahkan kantor Gubernur ke Jayakarta dan menjadikan Jayakarta sebagai ibukota di Hindia Timur. (History of Java xviii).

Sejarah mencatat inilah badan dagang pertama yang menjajah kerajaan lain (peristiwa seperti ini selanjutnya disebut Kapitalis). Dan sebagai badan dagang yang memiliki tentara dan hanya memikirkan keuntungan sebesar besarnya, maka VOC telah menunjukan tindakan tak berperikemanusian sejak awal berdirinya.

JP Coen pengganti Bolt, pada 1621 merebut Banda penghasil pala terbaik di dunia dari tangan Inggris.

Ketika penduduk Banda dipaksa menjual pala dengan harga murah, mereka menolak dan JP Coen melakukan tindakan brutal kemanusian terhadap rakyat Banda. Para pedagang dan petani yang tidak menjual pala ke Belanda ditembak kemudian tubuhnya ditusuk dengan bambu, setelah itu digantung. Yang tertangkap hidup dibakar dan keluarganya (istri dan anak famili) dimusnahkan.

Tindakan brutal kemanusian ini dikenal sebagai Genocida dan tetap dikenang rakyat Banda, juga di tempat kelahiran JP Coen di Horn. Pemerintah dan masyarakat tempat kelahiran JP COEN menambah nama tokoh itu dengan kalimat; "pembunuh kejam rakyat Banda". JP.Coen.

Dengan menguasai Maluku dan Banten, Jakarta maka VOC telah menguasai sepenuhnya pelayaran di laut Jawa.

Kekalahan Inggris di pulau Banda dan tertutupnya laut Jawa bagi Inggris tidak berarti Inggris melepaskan Nusantara. Inggris memandang Nusantara, terutama Sumatera dan Borneo memiliki potensi kekayaan yang amat besar. Menurut Mr. Farquhar (menurut Thomas Stanford Raffless, Mr Farquhar adalah orang yang paling mengerti dan paling mengenal secara mendalam sumber daya kepulauan timur), Sumatera dan Borneo memiliki kekayaan sama dengan Brazilia (History of Java 140). Dan posisi Jawa di benua Asia (China) dan Hindia sangat strategis sepeti Mesir dan Sicilia di selatan Eropa (History of Java 101). Oleh karena itu ketika laut Jawa telah dikuasai VOC maka Inggris yang ingin menguasai Nusantara memilih menguasai pelayaran lautan Hindia.

Bersambung

Publish : Mas Anom Mahameru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL DESA KRADENAN

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

SAYEMBARA MENANGKAP SAYU WIWIT