BANYUALIT, BANJIR DARAH YANG TERLUPAKAN VI
Adakah fakta 2 yang mendukung orang Bali menguasai Blambangan.
Oleh: Sumono Abdulhamid
Editor: Mas Aji Wirabhumi
Editor: Mas Aji Wirabhumi
Pernyataan Blanke bahwa Blambangan dikuasai orang2 Bali tidak memiliki
fakta fakta yang kuat. Berdasarkan penelitian bahwa terhadap kerajaan
Mengwi dan Buleleng didapat fakta sebagai berikut;
• Kerajaan Mengwi mengalami masa Jaya ketika I Gusti Agung Ngurah Made Agung 1627 sd 1650. Pada masa ini adalah masa Tawangalun I, pelabuhan Ulu Pampang berkembang dengan cepat, kemudian mengantarkan ke masa jaya Tawangalun II. Setelah I Gusti Agung Ngurah Made Agung , Mengwipun menurun. (Sejarah kerajaan Mengwi), yang memungkinkan Buleleng berdiri pada tahun 1660.
• Kerajaan Buleleng mengalami masa Jaya pada I Gusti Ngurah Panji Sakti (1660 sd 1697) dalam babad Buleleng diceritakan mengusai Blambangan. (juga Soegianto Sastrodiwiryo: I Gusti Panji Sakti Raja Buleleng 1599-1680. Kayu Mas Agung 1995).
Padahal pada masa
ini Blambangan berada pada masa jaya dibawah Tawangalun II. Masa yang
berdasarkan hasil penelitian DR. Sri Margana adalah masa jaya kerajaan
Blambangan. Baru setelah masa itu Buleleng itu menurun malah dikuasai
Mengwi.
Dari fakta itu jelas VOC telah melakukan kebohongan
sejarah. Mengwi maupun Buleleng sudah tidak memiliki kekuatan apapun
pada tahun 1767, malahan mereka saling bertempur satu dengan yang lain.
Buleleng dan Mengwi adalah kerajaan agrarish, yang tidak memiliki
kekuatan maritim. Mengwi dekat Denpasar, maupun Buleleng dekat Singaraja
sangat tidak mungkin mengerahkan armada laut, dengan kapal yang hanya
bermuatan 15 orang perkapal, mengarungi arus Samudra Hindia yang ganas.
Dengan demikian, sebenarnya Kapten Blanke dengan satuan armada yang
sangat besar, telah melakukan pembantaian terhadap prajurit Blambangan
dan orang2 Bali yg ada di Blambangan sekaligus.
Surat yang dibuatnya hanyalah cuci tangan dan mengadu domba orang Blambangan dengan orang Bali.
Dan apa gunanya kalo VOC mendapat dukungan rakyat Blambangan, VOC membangun benteng di Banyualit
Pendirian Benteng dan banjir darah ke dua di Banyualit.
Untuk mempertahankan kedudukannya di Blambangan, VOC membangun benteng
di Banyualit. Pembangunan benteng ini menambah kesengsaraan rakyat
Blambangan. Ribuan penduduk Blambangan dipekerjakan untuk secepatnya
menyelesaikan Benteng tersebut tanpa mendapat upah dan makan. Setelah
itu VOC juga membangun benteng di Ulu Pampang.
Penderitaan rakyat
Blambangan tak terkirakan. Para petinggi Blambangan diwajibkan
menyerahkan dua ekor kerbau, dan menyerahkan uang sebesar 3.5 gulden. (I
Made Sudjana MA. Nagari Tawon Madu .67)
Benteng ini cukup besar,
dalam kondisi yang sangat kritis Van Rijcke menggambarkan bahwa Benteng
Banyualit didapat 78 sakit, 59 meninggal. Untuk mempertahankan benteng
Van Rijcke dibutuhkan bantuan pasukan setidaknya 100 orang Eropa, dan
2.000 prajurit pribumi juga dibutuhkan dua meriam yang baik, dan 20
koyang beras dan daging sapi untuk orang orang yang sakit, lebih banyak
tepung dan spek (asinan daging babi) bagi mereka yang sehat dan juga
uang tunai. (Kondisi tentara Kompeni di Banyualit, folio 30 VOC 3248
Surat dinas dari Gubernur Johannes Vos pada gubernur Jendral Petrus
Albertus van der Parra 21 Maret 1768, via DR. Sri Margana Perebutan
Hegemoni Blambangan 127).
Dengan melihat kondisi Benteng
Banyualit, dapat diduga Benteng ini hampir sebesar benteng Malborough
yang dibangun Inggris di Bengkulu. Yaitu benteng Inggris kedua yang
terbesar di Asia.
Disisi lain perjuangan yang dipimpin Wong Agung
Wilis mendapat dukungan yang besar dari rakyat dan para bangsawan
Blambangan pedagang Bugis, Melayu, Bali, Lombok. Maka pada Maret 1768,
setahun setelah VOC menduduki Banyualit dan Ulupampang pasukan Wong
Agung Wilis bangkit dan menyerbu benteng Banyualit. Sekali lagi
Banyualit menjadi daerah pertempuran dahsyat.
Menghadapi
serangan Wong Agung Wilis yang amat dahsyat VOC mendatangkan bantuan
dari Surabaya. Bantuan dipimpin A. Groen membawa 13 kapal yang memuat
302 orang serdadu Eropa, 1.000 orang laskar Madura, 400 orang dari
Surabaya, 1.700 laskar Lumajang. Benar pasukan Blambangan kalah dan Wong
Agung Wilis tertangkap, kemudian dibuang ke Banda pada tanggal 6
September 1768. (NTM 68).
Ternyata Wong Agung Wilis dapat
melepaskan diri dari Banda dan memimpin perlawanan dari Bali. Dan
semangat pertempuran Banyualit tidak pernah padam di hati rakyat
Blambangan dan menghilhami pemberontakan P. Rempeg Jagapati, yang
terkenal dengan PUPUTAN Bayu.
Bersambung
Komentar
Posting Komentar