BLAMBANGAN MEMBARA I

novel tanah semenanjung

Pendahuluan:
Tulisan ini terinspirasi novel TRI LOGi SEMENANJUNG, buah karya PUTU PRABA DRANA, dan juga buku para sejarahwan DR. Sri Margana, Drs I Made Sudjana MA, Hasan Ali.
Pendahuluan desertasinya Doktor di Leiden University Sri Margana (dosen sejarah UGM ) Java’s Last Frontier. The Struggle for Hegemoni Blambangan yang sangat menggilitik yang menulis: The foundation of this study is fairly simple qoestion; Why did such a long time (aproximately forty years) to incorporate this region succesfully in to the VOC Administration.
Selanjutnya DR Sri Margana menuliskan: …penduduk di kawasan itu (Blambangan) berkeras menolak pemerintahan Belanda, dan terlibat dalam pertarungan panjang melawan VOC hampir hampir mengorbankan segalanya untuk mempertahankan idealisme mereka. Kemudian pada paruh akhir abad ke 18 Inggris menambah panas situasi tersebut ketika mulai mengusik kawasan ini dalam rangka mencari komoditas alternatif untuk diperdagangkan ke China.
Betapa membaranya daerah ini, DR. Sri Margana mencatat melalui fakta sebagai berikut:
…..Pada awal tahun 1767 terdapat arus yang cukup kentara dalam laporan laporan dan korespondensi lainnyayang dikirim dari Ujung Timur Jawa ke Gubernur Jendral dan Konsul di Batavia. Selama dekade 1767 s/d 1777 Gubernur Jendral di Batavia menerima tidak kurang dari 450 laporan dan dokumen yang dikirim oleh para pejabat VOC Belanda dari berbagai tingkatan yang bekerja di Ujung Timur.
Begitu juga tulisan Sejarahwan Drs I Made Sudjana MA dan Nagari tawon Madu dan Hasan Ali, Perang Puputan Bayu yang mengutip pendapat C. Lekerkerker 1923.1056, bahwa peperangan ini diakui sebagai perang yang paling kejam (“De Dramatische verenieetiging het Compagniesleger)
Agar seimbang, tentu perlu digambarkan disini tentang VOC menurut perspektif yang objektif:
Belanda negara dibawah laut, berhasil bebas dari penjajahan Spanyol, setelah Inggris memukul telak armada Spanyol. Sebagai bekas jajahan Spanyol, banyak pelaut Belanda yang mengikuti perjalanan armada Spanyol yang menemukan sumber rempah rempah di Timur. Berdasar keahlian maritim dari Spanyol inilah kemudian Belanda menemukan sumber rempah rempah yang telah ditemukan lebih dahulu oleh orang Spanyol, Portugis, Inggris yaitu kepulauan Nusantara. Untuk dapat mengeruk keuntungan yang sebesar besarnya atas perdagangan rempah rempah ini maka dibentuklah badan dagang VOC. Jadi VOC adalah badan dagang yang bebas. Dan hanya memberikan upeti kepada pemerintah Belanda. Sebagai badan dagang maka pertimbangannya adalah mengeruk keuntungan sebesar besarnya. Yang lebih parah lagi VOC telah dihinggapi penyakit korupsi yang parah. Pada tahun 1750 kekuatan dagang VOC di Eropa telah diambil alih oleh perusahaan dagang Inggris, sehingga pusat perdagangan yang semula berada di Amsterdam telah pindah ke London. Di satu sisi kekuatan VOC diluar Jawa telah mulai rapuh akibat gempuran perlawanan kekuatan pribumi. Hanya di Jawa kekuasaan di Jawa semakin kokoh karena adanya perebutan kekuasaan yang sering terjadi.
Mengutip pendapat JJ Steur yang menandai bahwa paruh akhir abad ke 18 sebagai titik kulminasi exspansi teritorial VOC di Jawa, namun sayangnya proses ini dibarengi dengan mundurnya prestasi ekonomi VOC di Kepulauan Indonesia. Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) dilikudasi secara formal tahun 1799.
Jadi perang wong Agung Wilis pada periode ini sangat genting bagi keberadaan VOC. Maka pantaslah perang ini adalah perang yang mempertaruhkan existensi VOC. VOC ternyata menang dalam pertempuran yang sangat sadis dan VOC melampiaskan kemarahannya dengan melakukan pembunuhan besar besaran terhadap dua generasi atau Tumpas Kelor (Menghabisi atau Genocida) pada keturunan Blambangan.
Bersambung...

Oleh : Soemono Abdul Hamid
Editor : Mas Aji Wirabhumi BKX
Publisher : Mas Anom Mahameru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL DESA KRADENAN

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

SAYEMBARA MENANGKAP SAYU WIWIT