BANYUALIT YANG HILANG DITELAN KEMEWAHAN

BANYUALIT YANG HILANG DI TELAN KEMEWAHAN
(Yang ada banyualit Buleleng Bali)


1767 - 1768
Perang antara Blambangan dan Penjajah terjadi di Banyualit (BENTENGAN - BLIMBINGSARI sekarang)

Setelah pasukan dan keluarga Surapati cerai berai akibat tumpes kelor Pangeran Agung Wilis memfokuskan pertahanan utama di Kedawung Puger. Hal ini menyebabkan pertahanan di pesisir timur melemah. Di luar perkiraan VOC menyerang pelabuhan Banyualit dengan kekuatan cukup besar di pimpin Edwijn Blanke.

Untuk memperkuat armada pesisir Pangeran Agung Wilis mengirim armada untuk mempertahankan pelabuhan Banyualit dengan pasukan gabungan Blambangan yg multi etnis dan pasukan bugis yang di pimpin oleh Warenghay. Sedangkan pasukan Blambangan di pimpin oleh Lindu Segara dan Jala Rante. Dalam mempertahankan Banyualit sebagai pintu masuk ke kedaton Lateng Jala Rante gugur dan Pasukan Lindu Segara mundur.

Selanjutnya VOC menyerang melalui dua jalur untuk menguasai kedaton Lateng dengan jalur Banyualit dan Ulu Pampang.

 Kalah jumlah armada Pangeran Agung Wilis merapatkan barisan ke Alas Purwo untuk selanjutnya ke Kedawung dan Nusa Barong untuk melanjutkan perjuangan.

Perlu di ketahui, dengan pintu masuk laut adalah Banyu Alit, maka diperkirakan rute jalur masuk kedaton melalui Patoman dan Gepuro untuk masuk kedaton Kuto Lateng. Basis pengawasan ada di sekitar Gumukagung dan Gintangan yang berbukit. Kemudian nama Kedaleman, Ksatrian sebagai kediaman mangku praja kedaton Lateng.

Sebelum tahun 1990 an, di sekitar lateng sering di temukan pecahan guci kuno. Namun kini, beberapa nama daerah yang mempunyai riwayat sejarah bergeser menjadi nama baru. Banyualit pada era tahun 1990-2000 masih dikenal. Namun sekarang telah berganti menjadi dusun Bentengan. Patoman yg sempat menjadi tempat pertemuan laskar jaga, Gepuro yang menjadi pintu masuk utama. Gumukagung yang mulai rata karena eksplorasi tambang. Kutolateng ya g terbelah jalan dan menjadi Dusun Lateng dan Bubuk. Kedaleman dan Ksatrian menjadi kerdil nilainya.

Kedaton pelan-pelan menjadi Desa, menjadi Dusun hingga perlahan tergantikan dan tak terdengar lagi ceritanya. Cerita heroik yg memberikan semangat bagi generasi karena sadar leluhurnya tak pernah menyerah. Namun tergantikan menjadi generasi yang putus asa hanya karena patah hati.

Apakah kita akan melupakan Sejarah yg ada di sekitar Blimbingsari dan Rogojampi sekarang? Apakah Blimbingsari dapat menjadi besar dengan sendirinya tanpa ada riwayat Banyualit sebagai basis pertahanan? Dan apakah kita hanya tahu mewahnya Blimbingsari sekarang tanpa tahu darah tumpah ujung tanah yang kini menjadi landasan terbang si burung besi. Tanyakan itu di hati nurani masing-masing atau abaikan dan generasi berikutnya menjadi lebih mudah bunuh diri karena patah hati dan banyak bayi yang mati karena di lempar ke sungai setelah keluar dari gua garba sang ibu.

Sumber :
Bapak Sumono Abdul Hamid
Editor : Sunya Nora Yuganing Wong
Di sesuaikan ulang oleh Ki Gede Banyualit

Mohon koreksi jika ada yg kurang tepat.

Foto ilustrasi :
Bali Van Java Banyuwangi

Publisher :  Mas Anom Mahameru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL DESA KRADENAN

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

SAYEMBARA MENANGKAP SAYU WIWIT